Jumat, 11 Maret 2011

Mampir di Desa Wisata Suku Sasak Lombok

,
Welcome to Ende Sasak

Sebelum kami pergi menuju Kota Mataram, kami pergi menuju Desa Wisata Suku Sasak Lombok. Tepatnya di Desa Ende, Lombok Tengah atau utara Pantai Kuta Lombok. Warga desa disana sangat ramah, kami menitipkan motor dan tas carrier kami di gubug tak jauh dari tempat masuk desa tsb. Syarat memasukinya cukup memakai warga sekitar yang akan menjadi tour guide, mereka para warga cukup fasih menggunakan bahasa inggris. Bayaran yang mereka minta untuk masuk berupa sumbangan untuk pembangunan desa dan itupun se-ikhlasnya, tanpa membebankan nominal.

Sedikit cerita tentang suku Sasak Lombok 


Suku sasak adalah salah satu suku terbesar di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Sekitar 80% penduduk di pulau Lombok ini diduduki oleh Suku Sasak dan selebihnya adalah suku lainnya, seperti suku mbojo (bima), dompu, samawa (sambawa), jawa dan hindu (Bali Lombok). Suku sasak mendiami seluruh pulau Lombok, yang tersebar di tiga Kabupaten, yakni Kab. Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Kab. Lombok Timur.


Asal muasal disebut Lombok / Sasak


Nenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa Tengah yang terkenal dengan julukan Mataram, pada jaman Raja yang bernama Rakai Pikatan dan permaisurinya Pramudhawardani. Kata sasak itu sendiri berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Karena moyang orang Lombok pada jaman dulu berjalan dari daerah bagian barat Lombok (lurus) sampai kearah timur terus menuju sebuah pelabuhan di ujung timur pulau yang sekarang bernama Pelabuhan Lombok. Mereka banyak menikah dengan penduduk asli hingga memiliki anak keturunan yang menjadi raja sebuah kerajaan yang didirikan yang bernama Kerajaan Lombok yang berpusat di Pelabuhan Lombok. Setelah beranak pinak, sebagai tanda kisah perjalanan dari Jawa memakai sampan (sak-sak), mereka menamai keturunannya menjadi suku Sak-sak, yang lama-kelamaan menjadi Sasak.

Rumah Adat Suku Sasak:

Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat tersebut didapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela. Pintu yang rendah sengaja dibuat terutama di rumah kepala suku yang menandakan kehormatan karena ketika masuk harus menundukan badannya.



Sistem Perkawinan Suku Sasak

Perkawinan yang terjadi di suku sasak dimulai dari adanya pelarian si pihak wanita oleh si pria. Awalnya bisa didasari mereka saling suka atau tidak sama sekali, tinggal si prianya saja yang mencari strategi untuk membawa lari sang wanita. Setelah itu, baru perwakilan keluarga saling berkompromi untuk menebus kembali sang wanita. Perkawinan yang terjadi pun masih bersifat perkawinan saudara, yaitu perkawinan antar sepupu. Perkawinan yang terjadi masih seputar satu lingkungan mereka. Walaupun mereka mayoritas beragama islam, namun adat perkawinan antar saudara masih tetap dilestarikan. Jika suku sasak ingin menikah dengan suku lain yang berbeda provinsi, biasanya si calon pasangannya harus membayar denda yang cukup banyak di setiap desa yang dia lalui






Tidak ada komentar:

Posting Komentar