Selasa, 20 Desember 2011

Desa Mai-Mai, Kaimana


Sore itu ketika kami mulai meninggalkan Kaimana menuju Mai-mai. Setibanya di Mai-Mai, kami minta ijin kepada pemuka desa dan kami bermalam di tempat Luis. Bukan tempat yang istimewa namun cukup untuk menampung kami bermalam bersama Herman, Enos dan Joni.
Bang Donny sudah menyiapkan kopi panas untuk bakudapa dengan penduduk Mai-Mai yang ramah. Malam itu, Bapak Salmon salah satu penatua Desa Mai-Mai berkunjung ke tempat kami menginap. Beliau bercerita tentang sejarah Desa Mai-mai yang berarti kecil karena letaknya yang berada diantara tebing yang mengitarinya serta Teluk Erena di depannya.
Desa Mai-mai memiliki jalanan yang dibuat dari beton, gereja, puskesmas pembantu, dan sekolah dasar. Listrik mulai menyala setiap menjelang malam menggunakan generator desa hingga pukul 11.00 - 12.00 malam. Setelah itu listrik akan mati gelap gulita dan kita bisa menikmati sungai langit di luar.
Situs purbakala yang ada di Mai-mai berada di tebing-tebing yang tidak jauh dari desa. Ketika kami datang dan melapor pada Bapak Sekretaris Desa haruslah kita mengantongi ijin dari Distrik. Namun kami tidak memilikinya karena kurangnya informasi yang kami dapat di Kaimana. Tulisan dan gambar purbakala di Mai-Mai sangat sakral bagi warga. Oleh sebab itu jika ingin mengunjunginya haruslah dengan hati yang bersih.
Tak jauh dari Mai-Mai, di Teluk Erena menurut Bapak Salmon pernah melihat hiu paus di bagan yang tak jauh dari desa. Ada sekitar empat ekor yang pernah Bapak Salmon lihat dan itu sama seperti di Nabire. Bapak Salmon walau tidak pernah merasakan bangku sekolah, beliau memiliki pemikiran maju dan modern. Walau hanya sebagai petani rumput laut dan ikan kerapu, tidak membuat beliau untuk berhenti belajar. Itulah pelajaran yang kami dapatkan malam itu di Mai-Mai.
Paginya kami bersiap-siap untuk meninggalkan Mai-Mai dan melanjutkan perjalanan kami menuju Lobo, Teluk Triton. Di tebing-tebing sekitar Mai-Mai banyak sekali Yakob atau burung kakak tua tak berjambul yang terbang dan sesekali muncul burung gagak. Indah sekali Desa Mai-Mai dan pelajaran semalam menjadi cambuk bagi kami untuk mencintai Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar