Tak jauh dari Kota Biak menuju sisi utara, kita akan mendapati air terjun yang sangat indah. Wafsarak, itulah nama air terjun dan airnya langsung menuju laut yang tak jauh dari air terjun. Pagi itu terlihat anak-anak mandi dan bermain dengan cara melompat dari air terjun yang cukup tinggi, namun ada juga yang sekedar mandi. Keceriaan mereka terpancar dari yang mereka lakukan hari ini, penuh dengan kejujuran dan hikmat. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, sekolah dengan berjalan kaki dan buku seadanya.
Batuan di tebing air terjun wafsarak memiliki kontur seperti stalaktit dan stalakmit di gua. Indah sekali kontur tersebut ditemukan pada sebuah air terjun. Karena Biak yang berupa pulau yang di dominasi oleh batuan karst ( kapur ) membuat aliran-aliran sungai di bawah tanah. Jika kita beranjak menaiki Wafsarak, kita akan menemukan laguna yang menampung air dari atas dan turun menuju air terjun utama. Laguna-laguna indah tersebut berjumlah 12 laguna atau 12 tingakatan namun air terjunnya tidak setinggi air terjun utama. Laguna-laguna tersebut mirip sekali dengan bathub, airnya segar sekali karena berasal dari mata air di tingkat paling atas. Makin ke atas makin sulit juga jalan yang dilalui, terkadang harus melewati batuan-batuan yang ada di tengah-tengah laguna tersebut. Ada pohon besar yang tumbang di laguna terakhir yang bisa dipanjat.
Setiap akhir minggu, air terjun Wafsarak selalu ramai dikunjungi oleh warga Biak bahkan bisa penuh hingga laguna terakhir. Untuk menuju Wafsarak diperlukan waktu 1,5 jam hingga 2 jam dari Kota Biak. Saat kami di sana, kami bertemu dengan turis asing yang berasal dari Perancis.
Dulunya di Biak terdapat hotel berbintang lima yang memiliki pemandangan laut yang indah. Namanya adalah hotel Marau yang kini tinggal puing-puingnya saja, dan kami membuktikannya dengan mendatangi tempat hotel itu pernah ada. Tak ada sisa sama sekali, hanya ada pondasi-pondas saja. Hotel itu tinggal cerita, dan menjadi kenangan bagi warga Biak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar