Selasa, 20 Desember 2011

Binsari, Sejarah di Balik Perang Pasifik

Tanggal 16 November 2011, awal perjalanan Tim Papua 2 telah dimulai dan Biak merupakan destinasi yang harus kami gali potensi wisatanya. Berada di pesisir utara Papua di daerah Teluk Cendrawasih, Biak menyimpan pesona yang tidak begitu banyak orang ketahui. Dulunya ketika Perang Pasifik berlangsung, Biak menjadi salah satu basis tentara Jepang, di sana terdapat pangkalan infanteri, angkatan laut dan angkatan udara tentara Dai Nippon.
Melintasi runaway Bandara Frans Kaisiepo ada kenangan tersendiri bagi kami, mungkin agak menakutkan namun begitulah kenyataan yang kami alami. Pesan yang diberikan oleh penjaga bandara bagi kami jika ingin melintasi runaway adalah ketika sirene berbunyi kami harus berhenti di belakang garis marka. Dan kejadian itu terjadi ketika kami akan melintas, sontak kami langsung lari menuju garis marka. 

Setelah berjalan sekitar 45 menit, kami sampai pada peninggalan pertama sisa Perang Pasifik. Berjejer tiga meriam howitzer yang sudah terawat dan nampaknya sudah dilucuti oleh pasukan sekutu ketika merebut Biak. Posisi penempatan meriam yang langsung menuju runaway nampaknya menjadi salah satu strategi tentara Jepang jika lapangan udara direbut oleh sekutu. Lalu berjalan tidak jauh dari tempat pertama sampai sudah kami di Gua Binsari. Terdapat berbagai macam peninggalan sisa peralatan perang dari tentara jepang dan sekutu, mulai dari pesawat terbang hingga pakaian perang masih tersimpan rapi. Untuk memasuki tempat tersebut kami harus membayar sebesar Rp 20.000/orang yang digunakan sebagai biaya perawatan tempat tersebut.

Di halaman Gua Binsari, berbagai macam senjata tertata rapih, helm pasukan pun masih ada. Dulunya ketika tempat tersebut ditemukan, masih terdapat ratusan tulang belulang manusia yang merupakan korban Perang Pasifik. Mungkin pakaian-pakaian yang ada merupakan bekas dari korban yang ditemukan itu. Bahkan blueprintstrategi perang dari sekutu maupun Jepang masih rapi tersimpan dalam pigura.
Ketika menuju gua, kondisi disekitarnya sangat bersih dan terdapat tempat sampah. Akses menuju ke dalam juga sudah terdapat tangga, sangat aman dan nyaman. Suasana memasuki Gua Binsari sangatlah lain daripada ketika masih di atas, dalam gua terasa sangat dingin dan lembab. Bahkan masih ditemukan bekas drum-drum bahan bakar di dalamnya, ada beberapa karangan bunga serta mantra bertuliskan huruf kanji yang memang sebelumnya ada wisatawan dari Jepang berkunjung menuju Gua Binsari untuk napak tilas.
Gua tersebut sangatlah unik sebab terdapat celah yang sangat besar di tengah-tengah gua tersebut. Jadi, ventilasi udara sangat nyaman, dan akar pepohonan beringin sampai ke bawah karena usia gua yang sudah relatif tua namun masih kokoh. Tak bisa dibayangkan bagaimana para pasukan Jepang membangunnya, karena terdapat ceruk-ceruk di dalamnya yang teratas merupakan tempat bagi para perwira dan paling bawah bagi para pasukan.
Daerah tempat Gua Binsari sangatlah rimbun, bahkan vegetasinya masih lebat disana terdapat berbagai macam burung yang masih hidup, salah satunya yang berada di halaman depan dekat dengan diorama. Di dalam gua tepat di bawah celah, jika sinar matahari masuk menjadi pemandangan yang sangat indah seperti cahaya dari surga.
Tips jika ingin berkunjung ke Gua Binsari adalah bawalah makanan ringan dan minuman karena sangat jauh dari warung dan berolahragalah sebelumnya karena kita harus menaiki perbukitan namun akses jalan aspal sudah sangat baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar